Rabu, 11 Maret 2015

red rice


Segelas nasi beras merah tumbuk mengandung 216,45 Kalori, 88% kecukupan harian (daily value – DV) mineral mangan, 27% DV selenium, 21% DV magnesium, 18,8% DV asam amino triptofan, 3,5 gram serat (beras putih mengandung kurang dari 1 gram), dan proteinnya 2-5% lebih tinggi dari beras putih. Selain itu juga mengandung asam lemak alfa-linolenat, zat besi, vitamin B kompleks, dan vitamin A. beras merah juga kaya selenium, yang dapat mengurangi risiko kanker ini. Mengonsumsi minimal 6 porsi beras merah per minggu sangat baik untuk wanita pascamenopause yang punya problem kolesterol, tekanan darah tinggi, dan gejala penyakit jantung. beras merah sangat cocok bagi orang yang sedang diet. mengapa? karena
1. Membuat kenyang tahan lama
Mengkonsumsi beras merah sangat dianjurkan apabila Anda yang ingin melakukan diet alami. Ini dikarenakan beras merah mengandung karbohidrat komplek yang bisa menambah energi lebih lama. Karbohidrat kompleks itu dikenal baik bagi kesehatan. Selain terdapat pada beras merah karbohidrat kompleks juga terdapat pada gandum dan oatmeal, jadi Anda pun bisa mengkonsumsinya juga.
2. Baik bagi pencernaan


Beras merah mempunyai kandungan serat 6 kali lebih tinggi daripada nasi putih. Berikut ini manfaat beras merah :
  • Melancarkan pencernaan
  • Mengurangi resiko kanker pada kolon
  • Mencegah timbunan plak kolesterol jahat
  • Mengendalikan insulin dan gula darah
  • Mengurangi resiko wasir dan iritasi pada usus.
  • Nilai GI yang lebih rendah.

drying



LAPORAN PRAKTIKUM
PERCOBAAN 2
Drying (pengeringan)
Pembimbing praktikum : Fauzi Ramdhani
(17 Februari 2015)






 Disusun Oleh :
Annisa Jihan Hasheena            1401965
Bella Anjani                             1406182
Dessy Chintya Ernande            1405974
Irsan Luthfan Arifin                 1405140
Lani Meita Indah Furi              1401071
Zhafira Annisa                         1404046




PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNOLOGI AGROINDUSTRI
FAKULTAS PENDIDIKAN DAN TEKNOLOGI KEJURUAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2015


BAB 1
PENDAHULUAN

1.1.Latar belakang
Bahan pangan hasil pertanian relatif mudah mengalami perubahan yang mengarah pada kerusakan bahan pangan tersebut, terutama pada bahan pangan yang sering kita konsumsi setiap harinya seperti daging, buah, dan sayur. Kerusakan yang sering terjadi adalah pembusukan bahan pangan. Banyak hal yang dapat menjadi pemicu kerusakan tersebut, diantaranya mikroorganisme, suhu, kelembapan, dan masih banyak lagi faktor pemicu lainnya.
Ada banyak metoda dan cara untuk menanggulangi kerusakan bahan pangan tersebut, salah satunya dengan menggunakan metode drying (pengeringan). Proses pengeringan merupakan proses perpindahan panas dari sebuah permukaan benda sehingga kandungan air pada permukaan benda berkurang. Perpindahan panas dapat terjadi karena adanya perbedaan temperatur yang signifikan antara dua permukaan. Perbedaan temperature ini ditimbulkan oleh adanya aliran udara panas diatas permukaan benda yang akan dikeringkan yang mempunyai temperature lebih dingin.
Tiap bahan pangan memiliki tingkat penanganan dengan faktor yang berbeda-beda. Pada drying faktor yang berpengaruh adalah suhu, kecepatan pengeringan, ventilasi media pengeringan, dan banyak faktor lain. Faktor-faktor yang mempengaruhi proses drying bisa saja memberikan kualitas yang baik maupun buruk pada bahan pangan hasil pengeringan.
    Salah satu faktor yang erat kaitannya dengan drying yaitu media pengeringan itu sendiri. Salah satu contoh media pngeringan adalah oven. Salah satu karakteristik oven adalah tidak adanya perputaran udara. Untuk itu, perlu adanya praktikum untuk menganalisis kerja oven dan faktor-faktor yang mempengaruhi pengeringan serta hal-hal yang perlu diperhatikan untuk meningkatkan mutu hasil pengeringan bahan pangan.


1.2.Tujuan Praktikum
·         Mahasiswa memahami prinsip pengeringan pada bahan pangan dan dapat melakukan prosedur pengeringan pada bahan pangan,
·         Mahasiswa dapat mengidentifikasi dan memahami pengaruh pengeringan pada karakteristik bahan pangan.
·         Mahasiswa memahami faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas pengeringan


















BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Proses  pengeringan merupakan proses perpindahan panas dari sebuah permukaan benda sehingga kandungan  air pada permukaan bendaberkurang. Perpindahan panas dapat terjadi karena adanya perbedaan temperatur  yang signifikan antara dua permukaan. Perbedaan temperature  ini ditimbulkan oleh adanya aliran udara panas diatas permukaan benda yang akan dikeringkan  yang mempunyai temperature lebih dingin.
Pengeringan adalah suatu cara untuk mengeluarkan atau menghilangka n sebagian besar air dari suatu bahan dengan menggunakan energy panas. Keuntungan pengeringan adalah bahan menjadi lebih tahan lama disimpan dan volume bahan menjadi lebih kecil sehingga mempermudah dan menghemat ruang pengangkutan dan pengepakan. Di sisilain, pengeringan menyebabkan sifat asli bahan mengalami perubahan, penurunan mutu dan memerlukan penanganan tambahan sebelum digunakan yaitu rehidrasi (Muchtadi,1989).
Metode yang dikembangkan untuk pengeringan ini amat beranekaragam, dengan berbagai karakteristiknya.Keragaman karakteristik ini mencakup ukuran bahan yang dapat dikeringkan, waktu pengeringan, biaya, tekanan saat operasi, panas yang dapat dipindahkan dan karakteristik lainnya. Mujumdar dan Devahastin dalam bukunya mengatakan  bahwa tidak ada satu prosedur perancangan khusus yang mungkin diterapkan untuk seluruh atau beberapa jenis mesin pengering sekalipun. Karena itu saat mencoba untuk merancang mesin pengering atau menganalisa mesin pengering perlu mengacu kembali pada dasar-dasar pindahan panas, massa serta proses termodinamika yang dikaitkan dengan pengetahuan tentang sifat bahan. Secara matematis dapat dikatakan bahwa seluruh proses yang terlibat, meski pada mesin pengering yang paling sederhana sekalipun adalah sangat tidak linier dan karena nya pembesaran skala mesin pengering umumnya sulit.
Oven merupakan alat pengering yang biasa digunakan dalam rumah tangga maupun laboratorium  Karakteristik utama oven adalah tidak adanya perputaran aliran udara. Cabinet dryer memiliki karakteristik yang hampir sama dengan oven, perbedaannya adalah sumber udara panas berasal dari bawah sehingga bahan yang disimpan di bagian paling bawah akan lebih cepat kering. Dan dehydrator mampu memutar udara panas sehingga semua bahan akan teraliri panas dengan baik.
Apabila dihitung laju pengeringan diperoleh hasil bahwa pengeringan dengan oven memiliki nilai laju pengeringan paling kecil diikuti dehydrator dan terakhir cabinet dryer. Sehingga oven ternyata mampu mengeringkan bahan lebih baik dibandingkan dehydrator dan cabinet dryer.
Ada beberapa masalah yang seringkali ditemui dalam proses pengeringan. Yang pertama adalah masalah yang berkaitan dengan mutu hasil pengeringan. Operasi yang dijalani dalam pengeringan adalah operasi yang cukup rumit yang meliputi perpindahan panas dan massa serta mungkin beberapa laju proses lain, seperti perubahan fisik atau kimia dari produk, yang mana hal – hal tersebut dapat saja menimbulkan perubahan mutu hasil. Perubahan fisik yang mungkin terjadi antaralain adalah pengerutan dan penggumpalan. Selain perubahan fisik, dapat pula terjadi perubahan kimia yang merubah aroma, warna, tekstur atau sifat padatan lain yang dihasilkan. Yang kedua adalah masalah kapasitas dari proses pengeringan itu sendiri, dimana kebutuhan pada saat ini yang cukup tinggi, sehingga perlu juga dipikirkan mengenai bagaimana membuat mesin pengering yang memiliki kapasitas besar. Kemudian masalah selanjutnya adalah yang berkaitan dengan kondisi dan sifat dari bahan yang dikeringkan cukup bervariasi, dan terkadang menuntut adanya modifikasi dari proses pengeringan tradisional (dengan cara menjemur atau sekedar memanaskan) menjadi proses – proses pengeringan dengan karakter dan kemampuan yang lebih spesifik dan dengan kebutuhan masing – masing produk.

Faktor yang mempengaruhi pengeringan:
Pada pengeringan selalu diinginkan kecepatan pengeringan yang maksimal.
Oleh karena itu perlu dilakukan usaha–usaha untuk mempercepat pindah panas dan pindah massa (pindah massa dalam hal ini adalah perpindahan air keluar dari bahan yang dikeringkan dalam proses pengeringan tersebut).

Ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan untuk memperoleh kecepatan pengeringan maksimum, yaitu :
(a) Luaspermukaan
(b) Suhu
(c) Kecepatan udara
(d) Kelembapan udara
(e) Tekanan atm dan vakum
(f) Waktu
            Luas permukaan dapat mempengaruhi dalam proses pengeringan bahan pangan. Air  menguap melalui permukaan bahan, sedangkan air yang ada di bagian tengah akan merembes kebagian permukaan dan kemudian menguap. Untuk mempercepat pengeringan umumnya bahan pangan yang akan dikeringkan dipotong-potong atau diiris –iris terlebih dahulu. Hal ini terjadi karena: 
1. Pemotongan atau pengirisan tersebut akan memperluas permukaan bahan dan permukaan yang luas dapat berhubungan dengan medium pemanasan sehingga air mudah keluar.
2. Potongan-potongan kecil atau lapisan yang tipis mengurangi jarak dimana panas harus bergerak sampai kepusat bahan pangan. Potongan kecil juga akan mengurangi jarak melalui massa air dari pusat bahan yang harus keluar kepermukaan bahan dan kemudian keluar dari bahan tersebut.









BAB III
METODE PRAKTIKUM
3.1  Waktu dan Tempat Praktikum
Waktu pelaksanaan praktikum yaitu pada hari Selasa, 17 Februari 2015 di laboratorium Pendidikan Teknologi Agroindustri lantai 4 Gedung Baru Fakultas Pendidikan Teknologi dan Kejuruan Universitas Pendidikan Indonesia.
3.2  Alat dan Bahan
Alat & Bahan        :
1.      Wortel                                                 5.     Talenan
2.      Baskom                                               6.     Slicer
3.      Oven                                                   7.     Parutan
4.      Pisau                                                    8.     Loyang

Prosedur Kerja      :
1.      Siapkan sampel wortel.
2.      Lakukan peeling dan washing pada semua sampel, bagi setiap sampel menjadi 3 bagian (A, B, & C) dan ukur masing-masing beratnya (harus 50gr). Amati karakteristik sensorinya.
3.      Sampel A adalah bahan yang didicing (bentuk dadu kecil), sampel B adalah bahan yang dislicing (bentuk irisan), sampel C adalah bahan yang diparut. Pastikan berat masing-masing sampel tetap 50gr.
4.      Simpan seluruh sampel A, B, & C dalam loyang. Masukkan ke dalam oven bersuhu 55oC dan 70oC. Keringkan selama 20 jam. Amati karakteristik sensorinya dan ukur beratnya.
5.      Catat hasil pengamatan dalam tabel berikut
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil praktikum :
Sampel
UbiJalar
Wortel
A1 (Dadu)
B1 (Irisan)
C1 (Sawutan)
A1 (Dadu)
B1 (Irisan)
C1 (Sawutan)
SebelumDikeringkan (Suhu 70°C)
Berat
50 gram
50 gram
50 gram
50 gram
50 gram
50 gram
Warna
Putih tulang
Putih tulang
Putih tulang
Orange
Orange
Orange
Tekstur
+++
+++
+++
+++
++
+
Aroma
Tidak beraroma
Tidak beraroma
Tidak beraroma
Wortel segar
Wortel segar
Wortel segar
Kadar Air-
-
-
-
-
-
-
SetelahDikeringkan
Berat
17 gram
15 gram
17 gram
11 gram
11 gram
9 gram
Warna
Putih terdapat kehitaman gosong
Broken white dab agak hitam gosong
Bagian bawahnya itu yang dekat loyang berwarna putih, tapi bagian atasnya gosong berwarna coklat tua
Orang agak Keputihan
Agak ke coklatan
Agakkecoklatan
Tekstur
+++
+++
+++ (rapuh)
    +++
+++++
+++
Aroma
Tidak beraroma
Tidak beraroma
Tidak beraroma
Wangi kering
Wortelkering paling tajam
Wortelkering
Kadar Air



-
-
-


Sampel
UbiJalar
Wortel
A2 (Dadu)
B2 (Irisan)
C3 (Sawutan)
A2 (Dadu)
B2 (Irisan)
C3 (Sawutan)
SebelumDikeringkan (Suhu 55°C)
Berat
50 gram
50 gram
50 gram
50 gram
50 gram
50 gram
Warna
Putih tulang
Putih tulang
Putih tulang
Orange
Orange
Orange
Tekstur
+++
+++
+++
+++
++
+
Aroma
Tidak beraroma
Tidak beraroma
Tidak beraroma
Wortelsegar
Wortelsegar
Wortelsegar
Kadar Air
-
-
-
-
-
-
SetelahDikeringkan
Berat
18 gram
14 gram
15 gram
11 gram
7 gram
5 gram
Warna
Broken white, dan ada bercak kehitaman
Putih terdapat hitam gosong
Bagian bawahnya itu yang dekat Loyang berwarna putih, tapi bagian atasnya gosong coklat muda
Pudar
Masihada orange
Agakkecoklatan
Tekstur
+++
+++
+++ (rapuh)
++++
++
++
Aroma
Tidak beraroma
Tidak beraroma
Tidak beraroma
Tidak beraroma
Wangi kering agak tajam
Wortel kering dengan sedikit lemabab
Kadar Air
-
-
-
-
-
-

Keterangan       : tanda (+) menandakan tingkat kekerasan, semakin banyak tanda plus semakin keras tekstunya





PEMBAHASAN :
A.    Lani Meita Indah Furi
(1401071)
Praktikum Drying (pengeringan) betujuan  untuk mengurangi kadar air bahan sampai batas perkembangan organisme dan kegiatan enzim yang dapat menyebabkan pembusukan terhambat atau bakteri terhenti sama sekali. Dengan demikian bahan yang dikeringkan mempunyai waktu simpan lebih lama ataupun berguna untuk mengawetkan makanan.
Sempel yang digunakan pada praktikum drying ada dua diantaranya ubi jalar dan wortel. Kedua sempel tersebut dibagi menjadi 3 yaitu A, B, dan C. Sampel A adalah sampel atau bahan yang di-dicing (bentuk dadu kecil), sampel B adalah bahan yang di-slicing (bentuk irisan), dan  sampel C adalah bahan yang disawut atau parut. Pada setiap sempel A, B, dan C, ketiganya dibagia lagi menjadi dua sehingga semua jumlah sempel ada enam yang  mempunyai berat masing masing 50 gram. Dari semua sempel itu, di simpan pada Loyang dengan suhu 550C dan 700C.
Berdasarkan hasil pengamatan, berat pada sempel sangat  menyusut karena Panas ditransfer dari udara pengering, air dimobilisasi keluar untuk kemudian diuapkan. Uap ini selanjutnya diserap udara pengering dan keluar bersama-sama dengan udara bekas pengeringan sehingga selama pengeringan terjadi penyusutan bobot karena adanya air yang menguap tersebut. Selama pengeringan, bahan pangan mengalami penurunan kadar air yang menyebabkan naiknya kadar zat gizi di dalam massa yang tertinggal. Lalu Kualitas bahan yang diawetkan tidak pernah lebih baik dari bahan segarnya. Hal ini karena pada pengeringan terjadi perubahan tekstur dan aroma, umumnya vitamin dan zat warna menjadi rusak atau berkurang.
Jika dilihat dari luas permukaan, sempel yang di parut  dan diiris lebih cepat menjadi kering karena disawut atau pengirisan tersebut akan memperluas permukaan bahan dan permukaan yang luas dapat berhubungan dengan medium pemanasan sehingga air mudah keluar. Lalu potongan-potongan kecil atau lapisan yang tipis mengurangi jarak dimana panas harus bergerak sampai ke pusat bahan pangan. Potongan kecil juga akan mengurangi jarak melalui massa air dari pusat bahan yang harus keluar ke permukaan bahan dan kemudian keluar dari bahan tersebut. Kemudian suhu pun sangat berpengaruh karena Semakin besar suhu makin cepat pemindahan panas ke dalam bahan pangan dan makin cepat pula penghilangan air dari bahan pangan tersebut. udara sekitar, kecepatan aliran udara, tekanan udara dan kelembapan udara juga  sangat berpengaruh terhadap pengeringan. Karena Makin tinggi kecepatan udara, makin banyak penghilangan uap air. Semakin kecil tekanan udara akan semakin besar kemampuan udara untuk mengangkut air selama pengeringan. Makin lembab udara maka Makin lama kering sedangkan Makin kering udara maka makin cepat pengeringan.


B.     Bella Anjani (1406182)
Praktikum teknologi pengolahan pangan kali ini dilaksanakan pada hari
Selasa, 17 Februari2015. Kali ini kami melakukan praktikum yang berjudul “drying (pengeringan)” yang bertujuan agar mahasiswa memahami prinsip pengeringan pada bahan pangan dan dapat melakukan prosedur pengeringan pada bahan pangan, dapat mengidentifikasi dan memahami pengaruh pengeringan pada karakteristik bahan pangan serta memahami faktor-faktor  yang  mempengaruhi pengeringan.
Pengeringan adalah suatu cara untuk mengeluarkan atau menghilangkan sebagian besar air dari suatu bahan dengan menggunakan energy panas. Keuntungan pengeringan adalah bahan menjadi lebihtahan lama disimpandan volume bahan menjadi lebih kecil sehingga mempermudah dan menghemat ruang pengangkutan dan pengepakan.
Pada praktikum kali ini kami meggunakan sempel wortel dan ubi jalar. Sebelum melakukan pengeringan, sempel di kupasdan di bersihkan terlebih dahulu. Masing-masingsempel dibagi menjadi tiga bagia ndengan ukuran yang samayaitu 50gr. Bagian 1,  wortel dan umbi dibentuk menjadi dadu kecil, bagian ke 2, dibuat bentuk irisan, bagian ke 3, sempel diparut. Hal ini dilakukan, agar dapat mengetahui perbedaan apa saja yang terjadi pada hasil pengeringan. Pemotongan atau pengirisan tersebut akan memperluas permukaan bahan dan permukaan yang luas dapat berhubungan dengan medium pema nasan sehingga air mudah keluar.Saat melakukan proses tersebut, umbisedikitlebihsulitkarenamemilikitekstur yang lebihkerasdibandingkanwortel. Dalam meng-inkubasi sempel, disini kami mengamati dengan dua suhu yang berbeda, yaitu 55derajatdan  70 derajat dalam waktu 18 jam.
Hasil yang kami dapatkandari proses pengeringantersebutyaitu: padasuhu 55 derajat penurunan berat wortel lebih drastic dibandingkan penurunan pada umbi. Sempel wortel dadu menjadi 11gr, irisan wortel menjadi 7gr, sawutan wortel menjadi 5gr. Sedangkan untuk sempel umbi dadu menjadi 17gr, irisan umbi menjadi 15gr dan sawutan umbi menjadi 17gr. Pada suhu 70 derajat penurunan berat sempel wortel masih sama drastisnya. Wortel dadu menjadi 11gr, irisan wortel menjadi 11gr, sawutan wortel menjadi  9gr. Sedangkan untuk sempel umbi dadu menjadi 18gr, irisan umbi menjadi 14gr dan sawutan umbi menjadi 19gr. Hal ini terjadi karena luas permukaan sempel umbi lebih besar dibandingkan wortel. Dan kadar air juga dapat berpengaruh pada penurunan berat sempel pada proses pengeringan tersebut.Suhu dapat berpengaruh pula pada proses pengeringan, misalnya jika suhu lebih tinggi maka proses pengeringan akan lebih cepat, dan warna pun akan lebih mudah berubah.
Operasi yang dijalanidalampengeringanadalahoperasi yang cukuprumit yang meliputiperpindahanpanasdanmassasertamungkinbeberapalaju proses lain, seperti perubahan fisik atau kimia dari produk, yang mana hal – hal tersebut dapat saja menimbulkan perubahan mutu hasil. Tekstur sempel setelah mengalami pengeringanakan berubah.








C.     Annisa Jihan Hasheena (1401965)
Pada Praktikum II TPP mengenai Pengeringan (Drying) ini kami kelompok 1 mendapat sampel wortel. Pertama, siapkan alat & bahan yang akan digunakan. Lalu, kupas (peeling) & cuci (washing) wortel terlebih dahulu, setelah  itu bagi wortel menjadi 3 bagian (A, B, & C), amati karakteristik sensorinya. Timbang berat setiap wortel, pastikan semuanya sama rata 50gr. Sampel A adalah wortel yang didadu (dicing), sampel B adalah wortel yang diiris (slicing), & sampel C adalah wortel yang diparut. Kemudian timbang lagi & pastikan beratnya tetap 50gr. Terakhir, simpan semua sampel di loyang, lalu masukkan ke dalam oven dengan suhu 55oC & 70oC. Keringkan selama 20 jam.
            Setelah pengeringan dalam oven selama 20 jam dengan suhu masing-masing 55oC & 70oC, didapat hasil seperti berikut :
WORTEL
Suhu 55oC
Suhu 70oC
Sampel A : Berat asal 50gr setelah dikeringkan menjadi 11gr. Warna dari oranye menjadi pudar. Aroma yang asalnya segar wortel berubah menjadi tidak beraroma & tekstur menjadi lebih keras.
Sampel B : Berat asal 50gr menjadi 7gr. Warnamenjadi sedikit oranye. Aroma berubah menjadi wangi kering agak tajam & tekstur tetap seperti wortel biasa.
Sampel C : Berat asal 50gr menjadi 5 gr. Warna menjadi agak kecoklatan. Aromaberubah jadi wortel kering & tekstur pun mengeras.
Sampel A : Berat asal 50gr setelah dikeringkan menjadi 11gr. Warna dari oranye menjadi oranye keputihan. Aroma yang asalnya segar wortel berubah menjadi wangi kering & tekstur tetap seperti wortel biasa.
Sampel B : Berat asal 50gr menjadi 11gr. Warnamenjadi agak kecoklatan. Aromaberubah menjadi wortel kering sangat tajam & tekstur menjadi lebih keras.Sampel C : Berat asal 50gr menjadi 9gr. Warna menjadi agak kecoklatan. Aroma berubah menjadi wortel kering & tekstur mengeras.

            Berikut adalah hasil pengamatan dari sampel lainnya yaitu ubi jalar :
UBI JALAR
Suhu 55oC
Suhu 70oC
Sampel A : Berat asal 50gr setelah dikeringkan menjadi 18gr. Warna yang asalnya putih tulang berubah menjadi broken white dengan bercak kehitaman. Aroma tetap tidak ada & tekstur tetap seperti ubi biasa.
Sampel B : Berat asal 50gr menjadi 14gr. Warna menjadi putih dengan bercak hitam gosong. Aroma tetap tidak ada & tekstur tetap.
Sampel C : Berat asal 50gr menjadi 15gr. Warna menjadi putih bagian dekat loyang & coklat muda bagian atas. Aroma tetap tidak ada & tekstur tetap namun rapuh.
Sampel A : Berat asal 50gr setelah dikeringkan menjadi 18gr. Warna yang asalnya putih tulang berubah menjadi putih kehitaman gosong. Aroma tetap tidak ada & tekstur tetap seperti ubi biasa.
Sampel B : Berat asal 50gr menjadi 14gr. Warna menjadi broken white agak hitam gosong. Aroma tetap tidak ada & tekstur tetap.
Sampel C : Berat asal 50gr menjadi 18gr. Warna menjadi putih bagian dekat loyang & coklat tua bagian atas. Aroma tetap tidak ada & tekstur tetap namun rapuh.










D.    Zhafira Annisa (1404046)

Praktikum kali ini melakukan pengeringan atau drying bahan pangan. Praktikum ini agar dapat mengetahui prosedur kerja pengeringan dan faktor-faktor yang perlu diketahui dalam metode pengeringan tersebut. Pengeringan juga beguna agar bahan pangan bisa lebih awet. Proses pengeringan merupakan proses penurunan kadar air sampai batas tertentu sehingga dapat memperlambat laju kerusakan biji-bijian akibat aktivitas biologis dan kimia sebelum bahan diolah. 
Dalam praktikum ini sempel bahan pangan yang digunakan adalah ubi jalar dan wortel. Metode pengeringan menggunakan oven selama 18jam dengan suhu 55oC dan 70oC  Masing-masing sampel dibagi menjadi tiga perlakuan. Yang pertama (A) sampel di potong dadu, (B) sampel di iris, dan (C) sampel di parut. Perbedaan perlakuan pada sampel itu berguna untuk membedakan hasil pengeringan sampel berdasarkan luas permukan dan suhunya. Selanjutnya setiap perlakuan berat awal sampel 50 gram. Pada wortel yang di potong dadu dan diiris memiliki kadar air yang rendah dibandingkan yang diparut memiliki kadar air yg lebih tinggi. Luas permukaan wortel yang di irispun lebih besar dibanding yang dadu. Pengirisan wortel juga dapat mempengaruhi hasil pengeringan.
Setelah dilakukan pengeringan oven, hasil yang didapatkan adalah sampel yang sudah kering dan mengecil dari bentuk awalnya. Pengeringan hasil wortel pada suhu 70oC lebih garing dibandingkan 55oC. hasil wortel yang di potong dadu  terlihat berubah bentuk yang besar dibandingkan dengan wortel yang di iris. Hasil pengeringan pada ubi jalar lebih besar dan tidak terlalu mengkeriput disbanding wortel. Wortel dengan perlakuan di parut berubah bentuknya dan terlihat seperti serpihan bubuk yang bergumpal. Wortel dengan besar luas permukaan dan ketipisannya akan menghasilkan pengeringan yang garing. Namun perubahan warna akibat pengeringan tersebut tidak terlalu terlihat, warna wortel menjadi orange gelap dengan aroma khas wortel yang telah tercampur dengan aroma dari hasil pengeringan tersebut. Pada ubi jalar, terjadi perubahan warna pada saat setelah pengeringan. Pigmen pembentuk warna dalam ubi jalar ungu manjadi menurun/pudar akibat pemanasan yang terjadi.
Penyusutan bobot berat nya pun diakibatkan dari penguapan kadar air yang berlangsung selama pengeringan ini oleh karena itu pun sampel menjadi mengkerut dan garing.
Pengeringan bahan pangan ini dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti luas permukaan, suhu oven yang digunakan, kadar air yang terkandung dalam sampel, tekanan udara, medium pemanas, serta lama waktu dalam proses pengeringan tersebut.
Hasil pengeringan ini sangat bermanfaat bagi bahan pangan agar bisa lebih awet dan mengurangi kerusakan, karena air yang terkandung dalam bahan pangan merupakan salah satu faktor penyebab kerusakan bahan pangan. Umumnya bahan pangan yang mudah rusak adalah bahan pangan yang mempunyai kandungan air yang tinggi. Air dibutuhkan oleh mikroba untuk pertumbuhannya. Penurunan kadar air yang artinya meminimalisir tumbuhnya mikroba yang hidup di daerah yang lembap dan berkadar air tinggi. Pengeringan ini pun berguna dalam hal berat bahan yang berkurang sehingga memudahkan dalam proses pengangkutan dan menghemat ruang penyimpanan

E.     Dessy Chintya Ernande (1405974)

Praktikum Teknologi Pengolahan Pangan kali ini mengenai drying (pengeringan). Drying merupakan salah satu metoda pengawetan bahan pangan. Drying adalah suatu cara mengeluarkan atau menghilangkan sebagian besar air dari suatu bahan dengan menggunakan energi panas. Keuntungan pengeringan adalah bahan menjadi lebih tahan lama disimpan dan volume bahan menjadi lebih kecil sehingga mempermudah dan menghemat ruang pengangkutan serta packing.
            Pada praktikum drying ini, kami menggunakan dua buah sampel bahan pangan, yaitu wortel dan umbi. Sebelumnya, pada tiap sampel dilakukan washing dan peeling. Setelah itu, sampel dibagi menjadi 3 bagian dengan masing-masing berat 50gr. Pada bagian pertama sampel dipotong dadu, pada bagian kedua sampel diiris, dan pada bagian ketiga sampel diparut halus. Hal ini dilakukan untuk mengamati proses pengeringan dengan berbagai tipe bentuk sampel (dadu, diiris, diparut). Pada dasarnya memperkecil ukuran sampel bahan pangan, akan memperluas permukaan bahan sehingga mempermudah kontak dengan udara panas dan mempermudah keluarnya air bebas dari permukaan serta mengurangi jarak yang ditempuh oleh aliran udara panas untuk masuk ke bagian dalam bahan dan mengurangi jarak tempuh air dari bagian dalam ke permukaan. Dengan demikian penguapan akan berlangsung cepat dan sampel bahan pangan akan cepat mengalami pengeringan.
            Setelah melakukan proses pengeringan, hasil yang kami dapatkan yaitu pada suhu 55°  maupun 70° derajat penurunan berat wortel lebih besar nilainya dibandingkan penurunan berat pada umbi. Hal ini terjadi karena beberapa faktor yang berpengaruh dalam proses pengeringan. Faktor-faktor tersebut diantaranya adalah :
1.   Suhu pengeringan seharusnya cukup tinggi untuk menguapkanair dari makanan, tetapi
bukan tinggi untuk memasak makanan.
2.   Bahan harus dikeringkan dengan cepat, tapi tidak terlalu cepat untuk menghindari case hardening (penggumpalan protein pada permukaan bahan karena adanya panas atau terbentuknyadekstrin dari pati yang jika dikeringkan akan menjadi bahan yang massif (keras) pada permukaan bahan)
3.   ventilasi di sekeliling oven atau pengering harus cukup sehingga air yang keluar dari makanan dapatkeluar dan tidak mengganggu kecepatan pengeringan.
4.   Semakin kecil tekanan udara, maka semakin besar kemampuan udara untuk mengangkut air selama pengeringan
5.   Keberagaman pengeringan
6.   Air menguap melalui permukaan bahan, air yang ada di bagian tengah akan merembes ke bagian permukaan dan kemudian menguap. Untuk mempercepat pengeringan, maka bahan pangan yang akan dikeringkan dipotong-potong atau diris terlebih dulu. pemotongan atau pengirisan akan memperluas permukaan bahan sehingga air mudah keluar, potongan-potongan kecil atau lapisan yang tipis itu mengurangi jarak gerakan panas ke pusat bahan pangan.
7.   Semakin besar perbedaan suhu antara medium pemanas dengan bahan pangan, makin cepat pemindahan panas ke dalam bahan dan makin cepat pula penghilangan air dari bahan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pengeringan ini perlu diperhatikan karena
            pengeringan berpengaruh pada karakteristik bahan pangan, diantaranya mengalami susut bobot (losses), browning, case hardening, dan rusaknya beberapa gizi yang ada pada bahan pangan (contoh vitamin A dan C)



F.      Irsan Luthfan Arifin (1405140)
Pada praktikum kali ini, peserta praktikum akan melakukan drying atau pengeringan bahan pangan dengan menggunakan oven yang akan diatur dengan suhu 55 derajat dan 70 derajat. Bahan pangan yang akan di-drying adalah ubi jalar dan wortel. Kedua bahan pangan ini akan diamati berat, warna, tekstur, dan aroma. Pertama – tama untuk bahan pangan wortel akan dilakukan peeling and washing. Lalu ditimbang beratnya terlebih dahulu agar dapat menghasilkan 3 buah sampel yang masing – masingnya memiliki berat 50 gram. Lalu sampel pertama, dipotong dadu. Lalu sampel kedua, diiris tipis. Lalu sampel ketiga, diparut sehalus mungkin. Lalu untuk bahan pangan ubi jalar, perlakuannya sama dengan bahan pangan wortel. Setelah dilakukan peeling and washing pada sampel bahan pangan, ubi jalar akan ditimbang sebanyak 50 gram untuk tiap 3 sampel yang dibuat. Sebekum dimasukkan kedalam oven, 3 sampel yang dihasilkan dari bahan pangan wortel diamati terlebih dahulu dan memilik warna oranye, serta tekstur yang cukup keras dan mengeluarkan aroma khas wortel. Sedangkan pada ubi jalar, memiliki warna yang menyerupai putih tulang dengan tekstur yang hampir sama dengan bahan pangan wortel lalu memiliki aroma yang tidak terlalu mencolok yang hampir tidak terlalu terbaui aromanya. Sesaat diletakkan diatas Loyang, tiap tiap bahan pangan dirapihkan sesuai dengan tingkat suhu yang akan diamatinya. Dan setelah di oven, para peserta diminta untuk mengamati hasil dari sampel bahan pangan wortel dan bahan pangan ubi jalar. Di suhu 55 derajat, terjadi banyak perubahan pada 3 sampel bahan pangen wortel dan 3 sampel bahan pangen ubi jalar. Pada ketiga sampel bahan pangan terjadi perubahan berat yang drastis dan saat para peserta mengamati warna dari sampel bahan pangan memiliki warna oranye kecoklatan akibat dari perlakukan drying dengan oven yang akhirnya memiliki tekstur keras karena dimasukkan kedalam oven dan mengekuarkan aroma over-cooked yang berasal dari oven. Sedangkan pada 3 sampel bahan pangan ubi jalar, perubahan berat juga cukup drastis namun tidak se-drastis perubahan berat pada bahan pangan wortel. Para peserta diminta untuk mengamati warna, tekstur, aroma. Ketiga sampel bahan pangen ubi jalar memiliki warna yang bisa dibilang perubahan warna putih yang bukan menjadi warna putih ubi jalar karena telah mengalami drying dan dibentuk menjadi bentuk sampel yang berbeda – beda. Lalu pada tekstur, semua memiliki tekstur keras karena drying namun ada yang memiliki tekstur yang mudah rusak atau rapuh. Sedangkan aroma pada ketiga sampel bahan pangan ubi jalar tidak dapat teridentifikasi karena tidak mengeluarkan aroma yang tidak terlalu menonjol.
Di suhu 70 derajat, terjadi juga banyak perubahan pada 3 sampel bahan pangen wortel dan 3 sampel bahan pangen ubi jalar. Pada ketiga sampel bahan pangan terjadi perubahan berat yang drastic yang hampir sama dengan perlakukan dengan suhu 55 derajat dan saat para peserta mengamati warna dari sampel bahan pangan memiliki warna oranye kecoklatan akibat dari perlakukan drying dengan oven, namun memiliki gradasi warna yang lebih tua daripada saat perlakukan dengan suhu 55 derajat. Yang diaman sampel bahan pangan memiliki tekstur keras yang sama dengan perlakuan dengan suhu 55 derajat karena dimasukkan kedalam oven dan mengekuarkan aroma over-cooked yang berasal dari oven. Sedangkan pada 3 sampel bahan pangan ubi jalar, perubahan berat juga cukup drastic, hampir sama dengan perlakukan suhu 55 derjat. Namun tidak se-drastis perubahan berat pada bahan pangan wortel. Para peserta praktikum juga diminta untuk mengamati warna, tekstur, aroma. Ketiga sampel bahan pangen ubi jalar memiliki warna yang bisa dibilang memiliki perubahan warna putih yang rata – rata memiliki bercak hitam karena telah mengalami drying dan dibentuk menjadi bentuk sampel yang berbeda – beda. Lalu pada tekstur, semua memiliki tekstur keras yang sama dengan perlakuan pada suhu 55 derajat dan juga karena drying namun ada yang memiliki tekstur yang mudah rusak atau rapuh. Sedangkan aroma pada ketiga sampel bahan pangan ubi jalar tidak dapat teridentifikasi, hampir sama dnegan hasil dari perlakuan drying dengan 55 derajat yang karena itu tidak mengeluarkan aroma yang tidak terlalu mencolok.















BAB V
PENUTUP
1.1  Kesimpulan
A.    Lani Meita Indah Furi (1401071)
Kesimpulan
Ø  Pengeringan adalah pemisahan sejumlah kecil air dari suatu bahan sehingga mengurangi kandungan sisa zat cair di dalam zat padat itu sampai suatu nilai rendah yang dapat diterima, menggunakan panas.
Ø  Pengeringan salah satu metode yang digunakan bahan pangan untuk waktu simpan lebih lama ataupun berguna untuk mengawetkan makanan.
Ø  Faktor- faktor yang mempengaruhi pengeringan adalah luas Permukaan, perbedaan suhu dan udara sekitar, kecepatan aliran udara, tekanan udara dan kelembapan udara.

B.     Bella Anjani (1406182)

Pengeringan adalah suatu cara untuk mengeluarkan atau menghilangkan sebagian besar air dari suatu bahan dengan menggunakan energy panas. Wortel dan umbi yang telah mengalami pengeringan, akan mengalami perubahan fisik dan kimia. Perubahan fisik yang terjadi antara lain adalah pengerutan dan penggumpalan. Selain perubahan fisik, dapat pula terjadi perubahan kimia yang merubah aroma, warna, tekstur atau sifat padatan lain yang dihasilkan. Suhu juga dapat berpengaruh pada proses pengeringan.

C.     Annisa jihan (1401965)

Melalui praktikum pengeringan (drying) ini dapat diketahui kita menggunakan metode pengeringan mekanis (dengan bantuan oven). Dengan metode ini banyak faktor yang harus diperhatikan, antara lain : pengaturan suhu, kecepatan aliran udara pengering, kelembaban nisbi, & tebal tumpukan bahan (maka dari itu untuk membandingkannya diperlukan sampel yang didadu, diiris, & diparut). Semakin tinggi suhu & kecepatan aliran udara oven maka semakin cepat proses pengeringan. Hal itu disebabkan karena makin tinggi suhu udara pengering, makin besar energi panas yang dibawa udara sehingga makin banyak jumlah massa cairan yang diuapkan dari permukaan sampel baik wortel maupun ubi. Jadi, itulah yang menimbulkan adanya perbedaan hasil pengeringan antara wortel & ubi, begitu juga perbedaan hasil yang ditunjukkan dari sampel yang didadu, diiris, dan diparut, apalagi dengan dilakukan pada 2 suhu yang berbeda pula.
D.    Dessy Chinthya Ernande (1405974)
            Pada sampel wortel dan umbi pasca pengeringan mengalami berbagai perubahan fisik yang dapat diamati maupun berubahan kimia kimia. Perubahan fisik yang terjadi antara lain pengerutan serta menggumpal. Selain perubahan fisik, dapat pula terjadi perubahan kimia yang merubah warna, aroma, dan tekstur. Dalam proses pengeringan kita perlu memperhatikan alat, metode, serta faktor-faktor yang mempengaruhi drying karena pada dasarnya tiap bahan pangan memiliki tingkat pengeringan yang berbeda-beda.



E.     Zhafira Annisa (1404046)
Proses pengeringan merupakan proses penurunan kadar air sampai batas tertentu sehingga dapat memperlambat laju kerusakan akibat aktivitas biologis dan kimia sebelum bahan diolah. Faktor-faktor yang mempengaruhi dari hasil pengeringan yaitu luas permukaan, suhu oven yang digunakan, kadar air yang terkandung dalam sampel, serta lama waktu dalam proses pengeringan tersebut. Pengeringan ini bermanfaat sebagai cara pengawetan agar tidak cepat terjadi kerusakan bahan pangan.


F.      Irsan Luthfan Arifini (1405140)
Bahwa perlakuan drying dapat merubah karakteristik bahan pangan karena notabenenya bahan pangan yang biasa kita konsumsi adalah bahan pangan yang mengandung air dan apabila karakteristik airnya dikeringkan, maka hasilnya adalah perubahan total pada karakteristik awal dari  bahan pangan yang diberlakukan pe-drying-an. Yaitu perubahan, aroma dan tekstur. Namun perubahan yang pasti lebih mencolok adalah perubahan berat dan warna.




















5.1.Saran
Teknis praktikum nya sudah berjalan dengan lancar hanya saja dilihat dari alat untuk praktikum hendaknya di perbanyak karena jika alat banyak mahasiswa pun cepat untuk mengerjakan nya.
























































 


















































 
                                                                                     








DAFTAR PUSTAKA

-          Pengantar Teknologi Pangan Koeswardhani. Jakarta: Universitas Terbuka. 2006.
-          Teknologi Pembekuan Pangan. 2013. . (Online). http://id.wikipedia.org/wiki/Teknologi_pembekuan_makanan
Diakses 22 Februari 2015.
-          Pengaruh Pendinginan dan Pembekuan. 2009 . (Online). https://duniaperikanan.wordpress.com/2009/10/17/pengaruh-pendinginan-dan-pembekuan/
Diakses 22 Februari 2015.
Diakses 22 Februari 2015.